Apa yang Harus Diketahui Orangtua Baru tentang Diare Rotavirus?
Menjadi orang tua baru kadang membuat kita bingung, sebab banyak hal yang sebelumnya tidak kita perhatikan, atau kita anggap sepele, ternyata penting untuk Si Kecil, termasuk di antaranya diare pada anak.
Sebagai orang tua, penting untuk mengetahui informasi tentang kesehatan anak agar Parents yakin Si Kecil mendapatkan perawatan terbaik. Simak hal-hal yang harus Parents ketahui berikut seputar diare Rotavirus pada anak:
1. Infeksi rotavirus terjadi pada usia bayi dan anak-anak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari Januari 2010 hingga Desember 2015 di antara anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan diare berair akut di empat provinsi di Indonesia, kasus diare Rotavirus banyak terjadi pada anak-anak di bawah usia 2 tahun. Anak-anak berusia 6-11 bulan dan 12-23 bulan memiliki jumlah kasus penyakit diare Rotavirus tertinggi selama keseluruhan periode penelitian (masing-masing 54,2% dan 50,6%).1
Mengapa usia bayi dan anak-anak rentan terkena infeksi Rotavirus?
Si Kecil terpapar ribuan kuman setiap hari di lingkungan tempat ia beraktivitas. Paparan virus ini terjadi melalui makanan yang dia makan, dan benda-benda yang dia masukkan ke dalam mulutnya.2
Bukankah Si Kecil memiliki sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut?
Bayi dilahirkan dengan sistem kekebalan yang dapat melawan sebagian besar kuman, tapi ada beberapa penyakit mematikan yang tidak dapat dihadapi dengan sistem kekebalan tubuh Si Kecil saja.2
Namun, yang perlu menjadi perhatian Parents, kasus diare Rotavirus berat yang harus dirawat inap, seringkali terjadi pada anak dalam kelompok usia 0-36 bulan, kelompok usia ketika anak-anak sangat rentan terhadap dehidrasi. Ini juga merupakan usia ketika sebagian besar anak terkena infeksi Rotavirus untuk pertama kalinya.3
Masa inkubasi untuk diare Rotavirus adalah 1-2 hari, artinya waktu antara Si Kecil terpapar virus hingga ia menunjukkan gejala awal biasanya berlangsung selama 1-2 hari. Gejalanya biasanya hilang dalam tiga hingga delapan hari, tetapi bisa berlangsung hingga dua atau kadang-kadang tiga minggu, bahkan pada anak-anak yang sehat dan bergizi baik.3 Sehingga dapat disimpulkan bahwa diare yang disebabkan infeksi Rotavirus pada anak tidak dapat diremehkan dengan alasan mengandalkan daya tahan tubuh alami Si Kecil saja.
2. Gejala infeksi Rotavirus dapat menyebabkan komplikasi.
Hal lain yang juga perlu menjadi perhatian Parents terkait infeksi Rotavirus ini adalah gejala-gejala yang muncul – seperti diare, muntah-muntah, dan demam, dapat menjadi penyebab dehidrasi seperti hasil dari pengamatan pada beberapa pasien anak yang mengalaminya.3
Pada beberapa kasus, anak-anak yang mengalami mual dan muntah yang berkepanjangan akibat diare Rotavirus, kesulitan untuk mendapatkan rehidrasi oral di rumah sehingga berisiko menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang berat.
Komplikasi lebih lanjut yang mungkin terjadi juga di antaranya kejang karena demam tinggi atau gangguan elektrolit, ensefalitis/meningitis, syok dan kemungkinan kematian. Dalam kasus diare Rotavirus jangka panjang, beberapa anak juga mengalami diare kronis dan kekurangan gizi.3
Kami mengerti bahwa Parents tidak ingin menjadi orang tua yang tampak selalu panik. Namun, lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal, bukan? Untuk berjaga-jaga, amati Si Kecil dan jika Parents menemukan tanda-tanda Si Kecil:
- mengalami diare selama lebih dari 24 jam
- sering muntah
- memiliki tinja hitam atau tinja yang mengandung darah atau nanah
- suhu tubuhnya mencapai 400 C atau lebih tinggi
- tampak lesu, rewel, atau kesakitan
- memiliki tanda atau gejala dehidrasi, termasuk mulut kering, menangis tanpa air mata, sulit/jarang buang air kecil, mengantuk yang tidak biasa atau tidak responsive.
Maka kami sarankan segera hubungi dokter/ahli medis.4
3. Cara mencegah infeksi Rotavirus
Rotavirus akan ada dalam tinja orang yang telah terinfeksi virus ini selama beberapa hari sebelum gejala muncul, hingga 10 hari setelah gejala mereda.4 Parents juga bisa menyebarkan Rotavirus jika Parents sudah terpapar virus ini, dan tidak mencuci tangan dengan baik setelah menggunakan toilet.
Kemungkinan penyebaran lain adalah jika Si Kecil terinfeksi Rotavirus, dan Parents tidak mencuci tangan setelah mengganti popoknya, atau setelah membantu Si Kecil menggunakan toilet. Virus ini dapat menyebar ke permukaan apa pun yang Parents sentuh, termasuk makanan, mainan, dan peralatan rumah lainnya. Jika orang lain menyentuh tangan Parents yang tidak dicuci, atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh mulutnya, infeksi dapat terjadi.4
Tambahan lagi, virus ini dapat tetap menempel pada permukaan yang terpapar, selama berminggu-minggu atau lebih lama jika area tersebut tidak didesinfeksi. Karena itulah, pencegahan infeksi Rotavirus dapat dilakukan dengan menghindari paparan dan penyebaran virus melalui makanan, minuman, dan benda lain yang tercemar tinja penderita. Hindari juga kontak dengan anak-anak yang terkontaminasi Rotavirus.4
Rotavirus yang hinggap pada jari-jari manusia akan bertahan hidup selama 60 menit, sehingga mencuci tangan secara menyeluruh sangat penting untuk membantu pencegahan.5 Namun, sebuah penelitian juga pernah menyatakan bahwa Rotavirus tahan terhadap kebanyakan sabun dan disinfektan yang diuji pada saat itu.6 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebersihan yang baik seperti mencuci tangan secara teratur memang penting, namun vaksinasi tetap merupakan cara terbaik untuk mencegah infeksi Rotavirus.4,7
Penggunaan vaksin rotavirus harus menjadi bagian dari strategi menyeluruh untuk mengontrol penyakit diare dengan cara meningkatkan upaya pencegahan seperti pemberian ASI dini dan eksklusif, cuci tangan, peningkatan pasokan air dan kualitas sanitasi, dan paket-paket perawatan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi pada penderita diare.7
Perhatian:
Pesan kesehatan ini disampaikan oleh GlaxoSmithKline Pharmaceuticals. Hanya sebagai informasi umum. Materi yang terkandung dalam artikel ini bukan merupakan saran medis. Konsultasikan langsung kepada dokter Anda untuk pertanyaan medis.
Referensi:
1. Mulyani, et al. “Diarrhea among hospitalized children under five: A call for inclusion of rotavirus vaccine to the national immunization program in Indonesia”. Vaccine. 2018. 36:7826-7831
2. Center for Disease Control and Prevention (CDC). How Vaccines Strengthen Your Baby’s Immune System. 2010. 1-2. Available from: www.cdc.gov/vaccines/parents/why-vaccinate/strengthen-baby-immune.html. Accessed on July 2020
3. Gualtiero Grilli, MD, PhD, et al. “Expert opinion on rotavirus vaccination in infancy”. ECDC Scientific Advice. 2017. page 5. Available from:publications.europa.eu/resource/cellar/aedea432-f681-11e7-b8f5-01aa75ed71a1.0001.01/DOC_1. Accessed on July 2020
4. Mayo Clinic. Rotavirus: Symptom & Causes. Available from:www.mayoclinic.org/diseases-conditions/rotavirus/symptoms-causes/syc-20351300. Accessed on July 2020
5. Anderson, et al. “Rotavirus Infection in Adults”. The Lancet Infectious Disease. 2004. 4:91-99
6. Junaid, et al. “Incidence of rotavirus infection in children with gastroenteritis attending Jos university teaching hospital, Nigeria”. Virology Journal. 2011. 8:233.
7. WHO. Rotavirus vaccines. WHO position paper─January 2013. Weekly Epidemiol Rec. 2013; 88:49–64
GSK Indonesia
Menara Standard Chartered 35th floor.
Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164. Jakarta 12930
Tel. (62-21) 2553 2350 Fax. (62-21) 2553 2360
NP-ID-RVX-OGM-200005 AD:07/20 ED:07/22