Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

Berbohong atas nama kebaikan, jangan sampai dilakukan atas nama pembenaran saja, ya, Parents.

“Sekali-kali, berbohong demi kebaikan sama pasangan, nggak apa-apalah. Apalagi kalau kebohongannya buat bikin pasangan senang. Bukan nyakitin, ya!” “Ah, tetap saja nggak bisa saya terima. Bohong, ya, bohong. Tandanya pasangan kita nggak jujur. Mau bohongnya supaya nggak bikin pasangan kita sakit hati, kek, atau alasan lainnya. Buat saya, tetap nggak bisa diterima. Itu prinsip!”

berbohong demi kebaikan

Percakapan di atas terjadi dalam sebuah diskusi whatsapp grup parenting. Perdebatan terkait dengan berbohong demi kebaikan memang seakan tidak ada habisnya. Setidaknya, contoh obrolan di atas bisa menggambarkan kalau ada berbagai sudut pandang dalam menyikapi tindakan kebohongan yang dilakukan pada pasangan.

Ada yang setuju dan membenarkan tindakan berbohong, tapi ada juga yang tidak setuju. Sekalipun bohong tersebut dilakukan demi alasan kebaikan yang sering diistilahkan sebagai white lies.

Dalam Pernikahan, Bolehkah Berbohong Demi Kebaikan?

berbohong demi kebaikan

Belum lama ini, Roslina Verauli, M.Psi.,Psi. membuat Instagram Live dengan tema yang menarik, “Jangan Ada Dusta di antara Kita”.

Tidak bisa dipungkiri, masalah berbohong dengan pasangan bisa menimbulkan konflik bahkan berujung pada perceraian. Contohnya saja, membohongi pasangan lantaran memiliki kedekatan dengan orang lain. Atau, berbohong terkait dengan gaji?

Faktanya, menyembunyikan atau merahasiakan pendapatan pada pasangan masih sering dilakukan. Padahal, menurut Verauli, tidak jujur akan penghasilan yang didapatkan bisa diartikan sebagai salah satu upaya memanipulasi pasangannya.

Artinya, kebohongan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan dan bukan bentuk berbohong demi kebaikan.

Berbohong, Apa Benar Tujuannya untuk Suatu Hal yang Baik?

Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

Berkaitan dengan berbohong dengan pasangan, Verauli menegaskan penting untuk mengetahui apa tujuan bohong dilakukan?

“Bohong yang tidak boleh, tentu saja bohong yang tujuannya untuk memanipulasi, menimbulkan kesan yang salah, atau bohong yang tujuannya untuk melepaskan diri dari tanggung jawab,” tegasnya.

Lebih lanjut, Verauli memberikan contoh atau gambaran yang masih banyak dilakukan di dalam pernikahan, yaitu menutupi jumlah gaji.

“Misal gaji suami 100, lalu mengaku 30, padahal kebutuhan rumah tangga sangat banyak sehingga istri harus banting tulang untuk mencukupi. Sebenarnya memang banyak alasan dan sebab orang berbohong dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pernikahan. Hal yang justru perlu diperhatikan, ada apa? Apa alasan di balik berbohong itu?”

Apakah Ada Kebohongan yang Bisa Diterima?

Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

“Ada bohong yang memang bisa diterima, ada juga yang tidak. Biar bagaimana pun, satu kebohongan akan menimbulkan seribu kebohongan lainnya. Kondisi ini jelas bisa merusak rumah tangga, karena ini merupakan berbohong tentang sesuatu yang sifatnya sangat esensial.  Dan yang paling sering terjadi memang menutupi jumlah gaji. Entah tujuannya untuk apa, tapi memang kadang ini dilakukan untuk melepas tanggung jawab,” papar Verauli.

Vera menambahkan, dalam pernikahan memang ada kalanya masing-masing pihak berbohong. Alasannya, berbohong demi kebaikan.

“Memang ada bohong yang tujuannya baik, supaya pasangan nggak marah. Misalnya saat istri hamil dan tanya, aku gemuk nggak sih? Saat suaminya berbohong, memang kadang bohong ini bisa terima.

Pada saat istri hamil, sedang merasa drop dengan perubahan diri, saat ditanya seperti itu, terkadang kalau dijawab secara jujur, suami memang khawatir istrinya marah. Biasanya, yang akan suami lakukan dengan mengalihkannya, ‘Kamu seksi, kok, sayang,’ jawaban seperti ini,” papar Vera.

Pernikahan Butuh Keterbukaan Satu Sama Lainnnya

berbohong demi kebaikan

Verauli mengingatkan, saat dua individu memutuskan untuk menikah, artinya keduanya harus sama-sama total menjalankan relasi pernikahan. Saling memegang komitmen. Keterbukaan tentu saja diperlukan dalam membicarakan apa pun, termasuk masalah keuangan.

“Ini perlu dilakukan, saling terbuka untuk bisa mengelola dan membangun pernikahan bersama-sama. Sehingga tujuan pernikahan juga bisa diwujudkan,” tegasnya.

Memang, dalam pernikahan kadang kala ada kebohongan kebohongan kecil yang dilakukan. Tapi sekali lagi, hal yang perlu digarisbawahi, adalah memahami alasan dan tujuan mengapa harus berbohong? Apa benar berbohong demi kebaikan?

Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

“Ibaratnya, semua individu memiliki jendela kaca. Ada kaca yang memang bisa terbuka lebar, tapi ada juga jendela yang bagian kecilnya ditutup. Jendela ini bisa menggambarkan bahwa memang ada bagian bagian kehidupan ini yang bisa dibuka untuk orang lain, teman, diri sendiri, ataupun pasangan. Tapi ada juga bagian yang ingin kita simpan sendiri.

Sayangnya, meskipun rahasia tersebut kecil, terkadang pasangan tidak ngeh. Nah, menutupi suatu rahasia pada pasangan sehingga pasangan menduga secara keliru, maka ini juga bisa bisa jadi kebohongan besar.”

Artikel terkait: Curiga suami berbohong? Perhatikan 10 tanda ini, nomor 7 Bunda pasti tidak menyangka

Tidak Terbuka pada Pasangan Bisa Memicu Perselingkuhan

Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

Verauli memberikan contoh kasus yang banyak ia temui.

“Misalnya, ada istri yang tidak menceritakan bahwa salah satu temannya adalah mantan pacarnya. Ia tidak terbuka pada suaminya tentang masa lalu tersebut. Suaminya juga tidak paham kalau temannya itu adalah mantannya istrinya. Tapi ternyata tujuan istrinya tidak terbuka karena ingin mendapatkan kebebasan membina relasi dengan mantannya. Setelah ditelusuri tujuan itu ia hanya ingin menikmati ‘spark-spark’ dengan mantannya, tapi ia memang sadar kalau tidak bisa menikah dan melanjutkan hubungan.”

Berbohong Demi Kebaikan, Sejauh Mana Boleh Dilakukan?

Menahan informasi dengan alasan privacy, ataupun berbohong demi kebaikan seperti ini jelas tidak dibenarkan.  Bukannya mendapatkan pernikahan yang sehat, justru sebaliknya.

Jadi, masih mau berbohong demi kebaikan?

Sebelum melakukannya, tak ada salahnya untuk menyadari apakah keputusan tersebut hanya untuk pembenaran saja, karena yang sebenanarnya terjadi justru hanya ingin menanipulasi pasangan? Ataukah memang benar-benar berbohong untuk menjaga perasaan pasangan.

Semua itu kembali ke diri masing-masing, jujurlah pada diri Anda sendiri. Jangan sampai menjustifikasi sebuah kebohongan yang bisa berujung pada kehancuran pernikahan.

Baca juga:

7 Tanda Suami Sedang Berbohong

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.