Puber kedua dalam dunia medis, samakah dengan menopause?
Puber kedua seringkali terjadi di usia paruh baya, lalu, bagaimana para ahli kesehatan memandangnya dalam dunia medis?
Anda tentu sudah pernah mendengar mengenai istilah puber kedua. Namun apakah Anda mengetahui arti puber kedua ?
Arti puber kedua seringkali digunakan untuk menggambarkan kondisi orang-orang paruh baya yang bertingkah laku seperti remaja. Entah dalam hal penampilan, pemikiran, bahkan kisah asmara.
Umumnya kondisi ini dialami oleh kaum pria yang berusia 40 tahun ke atas. Namun kini, puber kedua pun marak terjadi di kalangan kaum wanita.
Puber pertama dan puber kedua
Puber atau pubertas adalah masa-masa di mana tubuh mengalami kematangan secara seksual. Masa ini-masa ini biasanya ditandai dengan mimpi basah pada anak laki-laki dan menstruasi pada anak perempuan, sebab adanya pelepasan hormon testosteron oleh testis dan hormon estrogen oleh ovarium.
Selain perubahan fisik, pubertas juga ditandai dengan perubahan tingkah laku dan psikologis. Anak-anak yang mengalami pubertas cenderung lebih agresif dan mengalami perubahan suasana hati.
Hal-hal inilah yang kemudian menimbulkan istilah puber kedua. Di mana orang-orang yang telah berusia 40-60 tahun ke atas mulai mengalami kemunduran kemampuan fisik dan psikologis. Akibatnya, mereka mengalami ‘penyakit psikologis’ sebagaimana memasuki usia pubertas.
Bedanya, bila pubertas yang dialami anak-anak diakibatkan oleh kemampuan fisik dan psikologis berkembang, sedangkan pubertas kedua yang dialami orang dewasa diakibatkan oleh kemampuan fisik dan psikologis menurun.
Artikel terkait: Hati-hati di usia pernikahan ini biasanya suami alami puber kedua
Arti puber kedua dalam dunia medis
Dilansir dari laman Alo Dokter, puber kedua sebenarnya tidak ada dalam dunia medis. Seorang ahli psikologi mengatakan bahwa puber kedua juga seringkali dikaitkan dengan masa perimenopause.
Perimenopause adalah masa transisi pada wanita beberapa tahun sebelum memasuki masa menopause. Pada masa ini, produksi estrogen oleh ovarium secara bertahap mengalami penurunan. Masa-masa ini akan berlangsung hingga ovarium benar-benar berhenti melepaskan sel telur dan wanita memasuki masa menopause.
Pada umumnya, wanita mulai mengalami perimenopause di usia 30-an awal. Namun beberapa wanita lainnya mengalami perimenopause di usia 40-an.
Masa perimenopause akan dikatakan berakhir ketika wanita melewati 12 bulan menstruasi secara berturut-turut dan resmi mencapai menopause.
Artikel terkait: Menopause Dini, Mungkin Terjadi Pada Anda Sebelum Saatnya Tiba
Gejala perimenopause
Ada beberapa gejala perimenopause yang perlu Anda ketahui:
a. Periode menstruasi tidak teratur
Saat perimenopause masa ovulasi menjadi lebih tidak dapat diprediksi. Hal ini mengakibatkan periode menstruasi menjadi tidak teratur.
Jika Anda memiliki perubahan terus-menerus selama tujuh hari atau lebih dalam panjang siklus menstruasi Anda, Anda mungkin berada di awal perimenopause. Jika Anda memiliki waktu 60 hari atau lebih di antara periode, Anda mungkin mengalami perimenopause terlambat.
b. Hot flashes dan masalah tidur
Hot flash sering terjadi selama perimenopause. Intensitas, panjang, dan frekuensinya bervariasi. Masalah tidur seringkali disebabkan oleh hot flash atau keringat malam, tetapi hal ini juga bisa disebabkan karena masalah lainnya.
c. Perubahan suasana hati
Perubahan suasana hati, lekas marah, atau peningkatan risiko depresi dapat terjadi selama masa perimenopause. Penyebab gejala-gejala ini mungkin gangguan tidur terkait dengan hot flash.
Perubahan mood juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak terkait dengan perubahan hormon perimenopause.
d. Masalah vagina dan kandung kemih
Ketika kadar estrogen berkurang, maka jaringan vagina Anda mungkin kehilangan lubrikasi dan elastisitas membuat hubungan seksual terasa menyakitkan.
Estrogen yang rendah juga membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih atau vagina. Selain itu, kehilangan tonus jaringan dapat menyebabkan inkontinensia urin.
e. Kurang subur
Ketika ovulasi menjadi tidak teratur, kemampuan Anda untuk hamil menurun. Namun, selama Anda masih mengalami menstruasi, kehamilan masih memungkinkan terjadi.
f. Perubahan fungsi seksual
Selama perimenopause, gairah dan keinginan seksual dapat berubah. Hal inilah yang terkadang membuat suami dan istri memiliki ketertarikan pada pasangan orang lain.
Namun jika Anda memiliki keintiman seksual yang memuaskan sebelum menopause, ini kemungkinan akan berlanjut melalui perimenopause dan seterusnya.
g. Osteoporosis dan merubahan kadar kolesterol
Menurunnya kadar estrogen dapat membuat Anda mengalami osteoporosis. Selain itu, penurunan kadar estrogen juga dapat menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan pada kadar kolesterol darah Anda, termasuk peningkatan kolesterol low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol “jahat”.
Pada saat yang sama, kolesterol high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol “baik” – menurun pada banyak wanita seiring bertambahnya usia mereka. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Artikel terkait: Gejala Menopause yang Perlu Diketahui Setiap Wanita
Hal yang harus dikhawatirkan dari puber kedua
Beberapa wanita dapat menoleransi perubahan dari puber kedua yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun beberapa wanita lain tidak dapat menoleransinya sehingga membutuhkan perubahan medis.
Oleh karena itu, segera periksakan diri Anda ke dokter bila mengalami beberapa kondisi seperti:
- Timbul bercak darah setelah melakukan hubungan seksual atau di antara periode menstruasi.
- Masa menstruasi berlangsung lebih lama, lebih banyak, atau mengalami penggumpalan darah
- Menstruasi lebih dari satu kali dalam satu bulan
Referensi: Alo Dokter, Mayo Clinic
Baca juga