7 Cara Mengasuh Anak yang Memicu Perdebatan
Pilah-pilih cara mengasuh anak terbaik dan efektif
Semua orangtua memiliki cara mengasuh anak yang berbeda. Ini bukanlah hal yang aneh karena setiap orangtua dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga dengan kondisi yang berbeda-beda pula. Apapun perbedaan itu musti kita sikapi dengan saling menghargai, namun Anda tidak harus mengikuti cara itu jika Anda tidak setuju.
Silakan klik start gallery untuk mengungkap ke-7 cara mengasuh anak yang sering memicu perdebatan.
1.Membiarkan bayi menangis sampai ia kelelahan
Seorang pengarang bernama Dr Richard Feber menganjurkan agar orangtua membiarkan bayi menangis saat ia terbangun di malam hari. Metode ini mendapat kritik keras dari banyak kalangan karena dinilai terlalu kejam.
Membiarkan bayi menangis juga berakibat buruk bagi perkembangan emosionalnya karena ia merasa diacuhkan dan ditolak. Meski demikian, metode ini masih diterapkan oleh sebagian orangtua yang merasa kurang istirahat sejak punya bayi.
2. Memukul anak sebagai hukuman
Waktu terus berlalu. Apa yang dulu menjadi cara mengasuh anak terbaik mungkin sudah out of date dan tak cocok diterapkan saat ini.
Di masa lalu memukul anak saat ia melanggar peraturan atau berbuat nakal biasa dilakukan orangtua dan guru. Jika Anda dibesarkan dengan cara itu, bukan berarti Anda juga harus menerapkannya pada anak. Anak yang sering dipukul orangtuanya beresiko mengalami gangguan psikologis. Ia juga akan tumbuh dengan pemahaman kekerasan adalah cara menyelesaikan masalah.
3. MPASI WHO vs MPASI Food combining
World Health Organization (WHO) telah menetapkan aturan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat untuk semua bayi, apapun etnisitas mereka. Menurut WHO, pada usia 6-7 bulan bayi boleh mendapat MPASI yang merupakan perpaduan dari karbohidrat, sayuran dan protein hewani atau nabati. Buah-buahan diberikan setelah usia bayi menginjak 8 bulan.
Selain metode WHO, ada juga pemberian MPASI dengan metode food combining. Metode ini merekomendasikan aturan yang berkebalikan dengan metode WHO, karena menganjurkan pemberian buah-buahan sebagai MPASI bayi 6-7 bulan. Sedangkan protein hewani dan nabati dianjurkan diberikan saat bayi telah berusia 8 bulan.
Dari kedua metode ini, theAsianParent.com merekomendasikan metode MPASI WHO. Alasannya, metode ini dapat mencegah bayi kerdil/ bayi pendek yang jumlahnya cukup tinggi di Indonesia.
4. Membedong bayi
Membedong bayi sudah dilakukan para orangtua sejak berabad silam untuk agar bayi baru lahir merasa hangat dan lebih nyenyak tidur. Tidak ada yang salah dengan membedong bayi. Hanya saja teknik membedong yang kurang tepat bisa membuat tulang panggul dan sendi bayi bergeser (hip dysplasia).
Hindari membedong bayi terlalu ketat. Pastikan bayi masih dapat menekuk kaki dan melipat panggulnya saat dibedong.
5. Masa menyusui
WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sesudah itu pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.
Anjuran menyusui sampai bayi berusia 2 tahun masih menjadi perdebatan karena faktor budaya. Di Indonesia masa menyusui yang umum dikenal masyarakat adalah sampai bayi berusia 12 bulan. Bergabunglah dengan grup-grup diskusi seputar menyusui yang banyak bertebaran di jejaring sosial, agar Anda mendapat banyak masukan untuk memutuskan waktu menyusui yang terbaik.
6. Waktu yang tepat untuk toilet training
Para orangtua, terutama para ibu, sering sekali mendebatkan waktu yang paling tepat untuk melatih bayi/ balita buang air kecil sendiri (toilet training). Ada yang bilang 2 tahun, ada juga yang yakin usia 3 tahun yang paling tepat untuk toilet training.
Anda bisa mencermati tanda-tanda yang ditampakkan si kecil untuk memutuskan waktu toilet training yang paling tepat. Apakah si kecil sering rewel saat hendak buang air kecil/ besar? Apakah ia tiba-tiba tertarik pada kamar mandi? Itulah beberapa tanda si kecil siap toilet training. Temukan tanda-tanda lainnya di sini .
7. Tidur bersama bayi
Sejumlah kalangan berpendapat tidur bersama bayi membuat ia sulit untuk tidur sendiri saat sudah besar. Bayi juga terancam mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome/ sindrom kematian bayi mendadak) karena tertindih tubuh ibunya.
Bagi kalangan orangtua lainnya, tidur bersama bayi dapat mempererat ikatan antara bayi dan orangtua. Ibu juga akan lebih mudah menyusui bayi jika ia tidur bersama bayinya. Di Indonesia kebiasaan ini lebih populer daripada kebiasaan menidurkan bayi di kamarnya sendiri.
Jika khawatir kemesraan suami istri akan terganggu karena adanya bayi, Anda bisa menempatkan bayi dalam boks bayi yang diletakkan tak jauh dari tempat tidur Anda.