Mungkinkah anak depresi karena orang tua? Jawabannya adalah bisa saja, Parents. Lantas, apa ya, ciri-ciri anak depresi karena orang tua?
Perlu diketahui, depresi merupakan kondisi serius yang perlu ditangani. Salah satu penyebab dari depresi sendiri adalah pola asuh orang tua.
Beberapa waktu lalu, penulis sempat wawancara dengan dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpKj (K).
Dokter Danardi mengatakan, meskipun penyebab depresi sangat kompleks, tetapi penting untuk diketahui bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang begitu besar.
Oleh karena itulah orang tua perlu menyadari bahwa anak depresi karena orang tua.
Dengan begitu, harapannya bisa dilakukan berbagai upaya untuk pencegahan agar anak tidak depresi hingga menimbulkan keinginan untuk melukai diri sendiri.
Apa Penyebab Depresi pada Anak?
Depresi pada anak disebabkan oleh kombinasi faktor fisik, pola asuh orang tua, peristiwa kehidupan, riwayat keluarga, lingkungan, kerentanan genetik, dan gangguan biokimia.
Anak-anak dengan riwayat keluarga depresi memiliki risiko empat kali lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan anak-anak dari keluarga tanpa riwayat depresi.
Faktor risiko lainnya termasuk penyakit kronis atau parah, pengalaman traumatis seperti kehilangan orang tua, perceraian, diskriminasi, pelecehan, penelantaran, atau trauma lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan emosional dan penelantaran emosional dari orang tua, termasuk kekerasan verbal, dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada anak-anak bahkan lebih besar dibandingkan kekerasan fisik.
Apa Saja Ciri-ciri Anak Depresi karena Orang Tua?
Pada dasarnya, ciri-ciri anak depresi karena orang tua sama seperti depresi secara umum. Gejala anak depresi karena orang tua di antaranya adalah:
- Suasana hati sedih yang berkepanjangan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
- Menjadi sangat self-critical atau sering mengeluh dan mengatakan hal-hal negatif tentang diri sendiri.
- Kehilangan energi dan motivasi
- Tidak menikmati aktivitas yang dulu disukai
- Perubahan pola tidur dan makan
- Keluhan fisik yang sering seperti sakit kepala, sakit perut, atau penyakit fisik lainnya tanpa penyebab medis yang jelas
- Sering absen atau performa buruk di sekolah
- Menarik diri dari anggota keluarga dan menghindari interaksi sosial
- Masalah perilaku dan tantrum yang meningkat
- Ekspresi putus asa atau pikiran menyakiti diri.
Di Usia Berapa Anak Depresi?

Anak bisa depresi di usia berapa pun. Namun, data dari Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI-RSCM menyebutkan bahwa anak remaja sangat rentan mengalami depresi.
Tahun 2018 telah tercatat ada 2.3 juta remaja yang mengalami gangguan jiwa.
Menurut data, kasus remaja yang paling banyak adalah masalah depresi, stres, dan mood swing.
Kepada media, dr. Fransiska Kaligis, SpKJ-K menerangkan bahwa salah satu alasan depresi banyak dialami anak remaja dikarenakan mereka harus menjalani masa transisi. Yaitu, dari anak-anak menuju dewasa. Dan hal ini ternyata tidaklah mudah.
Dikatakan dr. Fransika bahwa anak-anak remaja juga sering merasakan krisis identitas hingga mereka bertanya pada diri sendiri, “Saya ini siapa? Apa yang saya inginkan?”
Oleh karena itulah, anak-anak remaja perlu melihat memiliki self image yang yang baik.
Cara mereka melihat dirinya sendiri secara positif. Dengan begitu, anak remaja ini bisa merasakan bahwa dirinya berharga.
“Karakter remaja ini dipengaruhi oleh self image, bagaimana dirinya bisa menilai dirinya sendiri, apakah positif atau negatif? Kemudian ada pula self esteem, yang merujuk pada remaja mengevaluasi dirinya, misalnya saya pintar, saya jelek, dan lain sebagainya,” katanya.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa anak remaja yang memiliki self image negatif menyebabkan anak tumbuh tanpa rasa percaya diri, sulit memaafkan, bahkan takut menunjukan kreativitasnya.
Selain perlu memiliki self image positif, anak remaja juga perlu menumbuhkan self esteem yang baik agar ia bisa menilai dirinya dengan baik.
Bagaimana Cara Mencegah agar Anak Tidak Depresi karena Orang Tua?

Cara mencegah agar anak tidak depresi karena orang tua adalah dengan menerapkan pola asuh yang membuat dia nyaman dan tidak menyakiti anak, baik secara fisik maupun mental.
Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam mendampingi anak memasuki fase remaja.
Salah satu hal yang perlu digarisbawahi adalah orang tua perlu menjadi teman baik untuk anak. Orang tua perlu mendengar keluh kesah dan bisa diajak berdiskusi dengan anak.
Jka kebutuhan ini tidak terpenuhi, anak remaja justru mencari kebutuhannya sendiri dengan cara yang salah.
Dikatakan oleh dr. Danardi bahwa orang tua punya peran besar dalam perkembangan kepribadian anak.
Ketika orang tua tidak suportif kepada anak, atau cenderung mengabaikan, maka anak akan mencari “pelarian” lain.
Sementara dr. Fransiska, mengingatkan bahwa orang tua itu perlu menurunkan ego atau ekspektasi.
Jika mendengar atau melihat perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan, sebaiknya tidak perlu bereaksi berlebihan hingga berujung meluapkan emosi pada anak.
Di samping itu, orang tua pun perlu membekali dirinya sendiri dan anak-anak dengan coping mechanism yang baik sebagai pencegahan agar anak tidak depresi.
Coping mechanism adalah upaya atau strategi atau upaya seseorang baik secara mental maupun perilaku bisa menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Parents, pola asuh sangat berperan penting bagi kesehatan mental anak. Apabila buah hati mengalami ciri-ciri anak depresi karena orang tua, segeralah ajak berkonsultasi ke profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
***
Baca Juga:
10 Jenis Depresi, Kenali Berbagai Gejalanya agar Bisa Segera Diatasi
10 Kartun yang Dilarang Tayang di Indonesia, Ada 'One Piece'
8 Surat Izin Tidak Masuk Sekolah Anak yang 'Terlalu Jujur', Bikin Ngakak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.